Semakin

Semakin
Semakin lama hidup, rasanya aku semakin nyaman dengan semua hal yg simple. Hening, sepi & sunyi, terkadang malah terasa sedikit nikmat dibandingkan dengan hiruk pikuk keramaian, daripada hingar bingar panggung musik yang sering kusinggahi. 

Semakin lama, semakin nikmat, ngobrol semua hal dengan diri sendiri, ketika tidak ada satupun telinga yang mau mendengarkan apa yang kita rasakan, tidak ada 1 pun hati yang mau terbuka utk cerita kita yang mungkin tidak penting, terkadang justru bercerita dengan Alam semesta ataupun Tuhan jauh lebih baik, sekalipun mungkin jawabannya tidak langsung terdengar, setidaknya Tuhan pun mendengar tanpa menghakimi. 

Semakin bertambahnya umur, rasanya semakin menikmati indahnya macet-macetan di jalan, indahnya dateng nyaris telat, atau bahkan telat ke kantor. Memecahkan beberapa baris kode dalam sebuah lembar kerja text editor, ditemani sebotol air mineral, hand sanitizer dan juga kalender 2023. 

Semakin kesini, terkadang tidak semua emosi harus dilampiaskan dalam bentuk amarah, sering kali demi menghindari drama yang berlebihan, lebih menjadi pribadi yang memaklumi, atau bahkan membiarkan saja semua terjadi, Semakin sadar kalo menuangkan emosi dalam sebuah aksi nyata bukan lah hal yang akan menyelesaikan masalah, ya walaupun membiarkan dan memaklumi juga bukan solusi dari permasalahan itu juga, namun membiarkan membuat kita terlepas dari drama.

Semakin kesana, semakin nyaman kemana-mana sendiri, Duduk di sebuah Warung wedang jahe, ditemani tempe mendoan, tahu bacem dan tentu saja Wedang Jahe yang sangat nikmat, hmm menghangatkan. Menggetarkan jiwa, membangkitkan rasa, Seruput sedikit dan merenung. Menenggak perlahan, memejamkan mata sebentar dan Rasa hangat, menjalar ke seluruh tubuh, meyakinkan tubuh ini untuk kembali ke medan perang, Rutinitas.

Semakin melihat, semakin sadar bahwa sepertinya kita harus bisa cinta dan appreciate diri kita dahulu sebelum menjatuhkan hati dan perasaan kita ke seseorang. Bisa jadi perasaan itu ada, tapi kebiasaan dan sifat orang tersebut ketika bertemu dengan kita malah tanpa sadar saling menyakiti satu sama lain. Mungkinkah kita mengizinkan orang lain untuk memahami dan mengerti kita, sementara kita sendiri pun tidak mengerti diri kita bagaimana? Apa yang kita mau? Apa yang benar-benar membuat kita bahagia? Apa yang benar-benar membuat kita yakin hidup ini indah?

Semakin dibaca-baca, semakin begitu random, begitu acak apa yang tertulis disini, entah lah. Mungkin tulisan ini mewakili perasaan yang sedikit teracak-acak, sedikit kecewa dengan ekspektasi. Ketika sebuah peluang dan keadaan membuat aku menanam bibit-bibit ekspektasi yang begitu besar, berharap akan jadi bunga mekar yang indah namun belum tumbuh, sudah dirusak oleh Hama. Dasar ekspektasi

Semakin mempunyai banyak benda yang kita inginkan di masa lalu, semakin mengerti bahwa itu bukan lah sumber kebahagiaan, memang apapun yang kita targetkan kalo sudah tercapai, pasti akan bahagia walaupun terkadang bahagia itu hanya di awal saja, Tatkala kita memang diciptakan sebagai manusia yang tidak pernah puas bukan?

Semakin lama hidup?

Entah lah, pada akhirnya hidup melihat orang lain bahagia apalagi bahagia karena kita, bener-bener bikin aku happy, walaupun terkadang dalam sudut gelap pun aku berharap menemukan orang yang pengen melihat aku bahagia juga. 

Semakin, 31-01-2023