Cerpen Cinta - PART 20-Menata Hidup


Baca dari awal dulu yuk  (Right Man In The Wrong Love)


"Yog, aku minta maaf, aku pgn ngmg sesuatu," tertera kalo ternyata pengirim sms itu Karin. 

"ngomong apa?" balasku. 

"please, kasih aku kesempatan. Aku janji bakal berubah. Aku pengen kita balikan yog! please kasih aku kesempatan! 


"Apa sih nih anak maunya ah!" batinku.

Tanpa berfikir panjang aku langsung matiin Handphone dan langsung kembali berbaring ke kasur tidurku sembari menutup mata dan merenung, but wait, Aku menyadari sesuatu.

"Iya, aku mau kita balikkan tapi," jawabku via sms.

Setelah ngelalui smsan bak drama FTV yang kalo aku tulis disini bisa bikin kalian semua jadi mual, bibir pecah-pecah, gangguan kehamilan dan janin, apasih!. Singkatnya aku balikkan dengan Karin dan karena aku juga belum pernah ketemu dengan dia jadi aku niat pgn dateng kerumahnya sekalian liat langsung gimana dia aslinya, soalnya kalo liat di sosmed memang everybody knew woman is great to create the best photos even woman like "Mimi Peri", wait woman? or maybe half woman? or half man? or half Ghost maybe , entah lah!.

Skip.. skip

"Lek kami semua ngumpul nih di rumah Albert, sini la lek," isi sms Frans.

"Oke lek, aku siap-siap dulu ntar aku On The Way (Padahal lagi makan)," jawabku di sms.

Hari itu kami janjian buat beli Novel untuk tugas Resensi dan kami kumpul di rumah Albert sekitaran jam setengah 4, Kami 1 geng sama-sama gak ada yang pernah punya novel jadi mau gak mau harus beli baru sementara uangku udah banyak habis karena kemarin sempet ikut turnamen Game.

Rumah Albert

"Yog, ko jadi gak ikut? aduh kami semua lagi pas-pasan semua yog bukannya gak mau bantu," kata seorang temanku Eno sambil makan gorengan yang disediakan dirumah Albert.

"Iya, gapapa kok woi kalian pergi aja beli, aku kesini sekalian aku juga entar pergi kerumah kawan," kataku.

"Kerumah siapa emang lek?" tanya Albert.

"Rumah Karin lek, ko tau kan lek rumahnya karin," tanyaku ke Frans.

"Tau lah dekat lapangan bola rumahnya lek," Jawab Frans.

"Nanti anterin lah ya lek, " Pintaku.

"Oke oke habis itu aku cao ya lek lgsg ke Gr*med, Ko gimana bert novelmu?" tanya Frans.

"Aku minjem punya kakakku aja lah," jawabnya.

Entah kebetulan atau gimana, ternyata daerah rumah Albert dan Karin tidak terlalu jauh, sekitaran mungkin 10 menitan lah. Kami gerak samaan, waktu Frans dan Eno habis anterin aku kerumah Karin mereka langsung pergi ke Toko buku untuk beli novel. Aku minta Albert buat nemenin aku ketemuan ama Karin soalnya biar suasana gak Awkward aja plus biar ada dukungan moral buat aku yang waktu itu pemalu banget, Padahal sekarang juga, iya MALU-MALUIN!.
  
Terlihat olehku seorang ibu-ibu sedang menyapu halaman di depan Rumah Karin dan spontan langsung aku menyapa ibu itu dan nanya,

"Buk, ibuk mau gak jadi ibuk dari anak-anakku dan nenek dari cucu-cucuku  buk?" kataku sambil ngebuka kotak kecil merah berisi cincin Permata.

"Iya, mau NAK !"

BUKAAAAANNNN, BUKANNN ITU yang JELASNYAAA.

"Buk mau nanyak?," 

YA NANYAK AJA LAH BEGOOK !

"Ini rumah Karin ya buk? Karinnya ada?" 

"Oh iya nak, sebentar ya saya panggil dulu,"

"Kariinnn, Ini ada temannya nyariin," panggil mamanya sambil mempersilakan aku dan Albert untuk masuk kerumahnya.

Dari luar, aku melihat cewek lagi tidur-tiduran santai sambil maen hape dan mendekap bantal, ketika dia mulai beranjak dan berdiri mata kami pun beradu pandang,

"Shit! cewek ini jauh kalli dari fotonya di sosmed!," batinku.

"Di Foto CANTIK, 
"Dii FOTOOOO CANTIIIKKK"
DI FOTO CANTIIIIKKKK

YA! Hampir dua ribu kali aku ulang-ulang kata-kata itu dalam benakku. Melihat wanita yang aku pikir bisa mencapai ekspektasiku yang tinggi, ternyata, ternyata dan ternyata. Ngeliet dia aku jadi terdiam, disini bukan aku ngejudge sih merasa paling Perfect, Enggaak! Enggak gitu! tapi tolong lah kalian para wanita, jangan jago kali klen Berfoto, mbok yo jujur aja apa adanya gausah klen pakek-pakek filter(Padahal yg nulis juga gitu) biar gak pala shock kali kami ya kan kolok klen jauh kali dri aslinya, biar gak pening kepala abang dek dek, keluar kan Medan abang, Baca Pakek E Keras ya dekku.

"Hai, aku Karin," sapanya memecah lamunanku, mencairkan aku yang sempat membatu karena ekspektasi.

"Eh ayam Eh ayam!" latahku, Ya Enggak latah juga lah.

"Eh iya, aku Yoga," aku langsung menyalamin dia dengan Sianida sangking kesalnya, sorry.

Selagi duduk, aku sempet ditanya-tanyain sama mamanya Karin, dari mulai sekolah dimana, kelas berapa, kamu dimana? dengan siapa? semalam berbuat apa?. Setelah ngobrol-ngobrol dengan mamanya Karin penilaianku mamanya ini cukup Dewasa,

"YA IYA LAH BEGOK! NAMANYA ORANG TUA" Kritik batinku ke aku sendiri.

Tapi bukan itu yang ku maksud, mamanya itu waktu ngobrol sama aku bener-bener aku kyak dianggap anaknya sendiri, jangan-jangan! aku sama Karin!. Ya Kami anak yang tertukar! TAMAT!. Ya enggak lah, aku juga banyak dapat nasehat, sewaktu itu Aku dan Karin sama-sama kelas 3 SMK, jadi disaranin mamanya kalo aku itu kuliah dulu, 

"Sekarang ini umur segini kamu udah harus mulai belajar menata hidup, biar nanti masa depannya sukses nak. Habis kuliah kamu kerja terus entar bisa merried kalo udah mapan, bantu orang tua juga. Jangan sombong, sekarang jamannya gitu lah nak, serba susah harus mulai mikir menata hidup dari sekarang".

Mendengar ucapan mamanya Karin aku benar-benar tertegun, 

Tertegun sambil seruput Ingus
Srrrruuuuppppppttt.

Enggak enggak, 

bagi aku kata-kata Mamanya Karin dalem banget, apalagi waktu itu raut wajah mamanya benar-benar serius dan santun benar-benar menunjukkan sosok keibuan, hebat mamanya Karin! dan sampek sekarang yang diucapkan mamanya selalu kuingat dan sampek dimana aku menulis ini hampir semua yang diucapkan mamanya Karin kesampean, walaupun yang part merriednya belom, boro-boro merried punya pacar aja masih delay JN*E gak sampek-sampek.

Karena aku sudah terlanjur kecewa dengan ekspektasiku sendiri itu ngebuat aku banyak diem dan ngeblank mau ngmg apa ke Karin, bukannya malu sih, ngeblank aja gak tau kenapa. Tanpa basa basi aku langsung,

"Yang kemarin ku bilang ada kan?" tanyaku.

"Oh iya iya, ada yog, bentar ya aku ambil dulu," jawabnya sambil ngeloyor menuju kamarnya dan gak sampek berapa menit balik lagi keruang tamu.

"Nih yog, mau pilih yg mana?"

"Wah ada 3 ya ternyata, yg tipis ini aja lah rin," tunjukku ke salah satu Novel yang bersampul hijau dan bertemakan Teenlit, Aku lupa judul novel itu, udah agak lama soalnya.

"Oh iya yog, gpp yg itu aja, itu keren loh ceritanya, jadi mereka kenalan gitu di media sosial, terus pdkt2nya di media sosial pas ketemu dan saling kenal secara mendalem ternyata mereka ada hubungan darah entah apa gitu, pokoknya keren lah susah ketebak ceritanya," Kata karin mencoba menerangkan.

"Iya sama lah kek kau itu gak ketebak!"rontaku di batin.

Suasana pun kembali Awkward karena pada gak ada yg ngebuka bahan obrolan, mamanya Karin pun yg tadi sempet banyak ngobrol pergi ke kamar untuk Nyetrika baju dan ketika dapet bahan obrolan pun garing dan basi banget suer untungnya acara di Channel TV yg ada di ruang tamu Karin itu acara Bola jadi gak boring kali lah, namun karena suasana yg kelamaan Awkward akhirnya ngebuat aku jadi pgn pamit pulang. Ketika mau pamit,

"Karin masakkin lah Indomi untuk temennya, masak temennya dianggurin sih," kata mamanya yang baru keluar dari kamarnya sambil ngebawa tumpukan baju yg telah disetrika.

Aduh mau nolak gak enak, mau gak ditolak enak, gak mgkin juga udah dimasakin tapi kami gak makan, gak mungkin juga kami tinggal kan, Alhasil kami gak jadi pulang. 

"Ini yog sorry ya lama masaknya," kata Karin sambil meletakkan semangkuk Mie kuah beserta Sendok dan Garpu.

"Enggak ah kok malah sorry sih, makasih ya Rin," jawabku.

Tanpa basa-basi langsung dengan cepat kusantap indomi kuah ini, benar-benar pas buat suasana yg udah ckup awkward. Tapi entah Hantu apa yg merasuki kala itu, di meja ruang tamu Karin ada Pie isi Susu yg dikemas per pack. Entah karena pengen terlihat keren, atau pgn bereksperimen, atau kesal atau gak ada otak atau emmmm, aku pun ngebuka bolu itu dan ngecampurnya dengan indomi kuah tadi, ngeliat tindakanku itu Albert dan Karin kaget dan sedikit melongo.

"Kalian gak cobak? Enak tauk. Aku sering coba makan kyak gini(Pdhl gak pernah)," kataku dengan senyum bangga ke mereka yg sdang ngeliatin aku dengan heran.  

Setelah ngehabisin makanan dan sempat kembali ngobrol ringan dengan mamanya Karin akhirnya aku pun pamit pulang, mungkin Karin gak sesuai ekspektasi aku tapi aku cukup banyak mengambil pelajaran hidup hari ini, pencerahan dari orang yang gak dikenal bisa dtg dari Sesosok ibu yg bahkan ketika baru pertama kali bertemu mau berbagi nasehat dengan aku, Ya benar Nasehat untuk Menatap HIDUP!.

PART SEBELUMNYA XIX : MAYBE IT'S MEAN RESTART














Previous
Next Post »
0 Komentar

YUK DITUNGGU KOMENTARNYA TEMAN-TEMAN